SELAMAT DATANG DI SULUH PENDIDIKAN

Cahaya untuk Dunia Pendidikan Indonesia yang Lebih Baik

Rabu, 05 Mei 2010

Jenis Kata Menurut Tata Bahasa Baku Indonesia

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Dalam bahasa Indonesia kita mengenal Morfologi yang merupakan cabang dari kajian ilmu bahasa. Salah satu kajian atau bidang dari morfologi adalah kelas kata menurut tata bahasa baku. Namun,dikalangan kita sebagai mahasiswa masih banyak yang tidak paham atau mengenal jenis kata menurut tata bahaa baku. Didalam makalah ini akan dipaparkan tentang pembagian kelas kata menurut tata bahasa baku secara jelas guna mempermudah dalam pemahaman materi ini.

I.3. Rumusan Masalah

I.2.1. Apa saja pembagian kelas kata menurut tata bahasa baku.

I.2.2. Apa saja bentuk pembagian verba, nomina, pronomina, numerelia,

adverbia, adjektiva, kata tugas.

I..2.3. Apa saja contoh dari masing-masing dari bentuk pembagian kelas

kata menurut tata bahasa baku.

I.2.4. Bagaimana pemakaian masing-masing jenis kata menurut tata

bahasa baku.

I.2. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :

I.3.1. Untuk mengetahui pembagian kelas kata menurut tata bahasa baku

I.3.2. Untuk mengetahui perbedaan dari masing-masing pembagian kelas

kata menurut tata bahasa baku.

I.3.3. Untuk mengetahui karakteristik dari jenis kata tersebut.

BAB II

PEMBAHASAN

JENIS KATA MENURUT TATA BAHASA BAKU

Kata merupakan bentuk yang sangat komplek yang tersusun atas beberapa unsur. Kata dalam bahasa Indonesia terdiri atas satu suku kata atau lebih. Kata merupakan unsur atau bagian yang sangat penting dalam kehidupan berbahasa. Bidang atau kajian mengenai kata telah banyak diselidiki oleh ahli bahasa. Penyelidikan tersebut menghasilkan berbagai teori-teori antara yang satu dengan yang ain berbeda-beda. Perbedaan ini terjadi karena adanya perbedaan sudut pandaang antara ahli bahasa yang satu dengan yang lainnya. Adanya perbedaan konsep antara ahli yang satu dengan yang lainnya tentu akan membingungkan dalam kegiatan pembelajaran.

Untuk mengurangi kebingungan tersebut, dikelompokanlah jenis kata menurut tata bahasa baku. Dengan pengelompokan ini diharapkan mampu mengurangi kebingungan dalam pembelajaran bahasa. Sebagaimana yang kita ketahui, istilah baku berarti suatu bentuk yang sudah menjadi standar bersama. Karena kaidah-kaidah ini banyak digunakan oleh orang.

Jenis kata menurut tata bahasa baku terdiri dari :


  1. verba
  2. adjektiva
  3. nomina
  4. pronomina
  5. numerelia
  6. adverbia
  7. kata tugas



II.1. VERBA

Kita harus menyadari bahwa dalam bahasa Indonesia ada dua dasar yang dipakai dalam pembentukan verba, yaitu dasar yang tanpa afiks tetapi telah mandiri karena memiliki makna, dan bentuk dasar dasar yang berafiks atau turunan. Dari bentuknya verba dapat dibedakan menjadi :

1. verba dasar bebas

Verba dasar yaitu verba yang berupa morfem dasar bebas. Contohnya : duduk, makan, mandi, minum, pergi, pulang,dll.

2. verba turunan

Verba turunan yaitu verba yang telah mengalami afiksasi, reduplikasi, gabungan proses atau berupa paduan leksem. Sebagai bentuk turunan dapat kita jumpai :

a. verba berafiks

contohnya : ajari, bernyanyi, bertaburan, bersentuhan, ditulis, jahtkan, kematian, melahirkan, menari, menguliti, menjalani, kehilangan, berbuat, terpikirkan.

b. verba bereduplikasi

contohnya : bangun-bangun, ingat-ingat, makan-makan.

c. verba berproses gabungan

contohnya : bernyanyi-nyanyi, tersenyum-senyum, terbayang-bayang.

d. verba majemuk

contoh : cuci mata, campur tangan, unjuk gigi.

Dilihat dari banyaknya nomina yang mendampinginya,verba dapat dibedakan menjadi :

i. verba intransitif

verba intransitif yaitu verba yang menghindarkan obyek. Contoh : ada, kembali, bangkit, bangun, tiada, terbang.

ii. verba transitif

verba transitif yaitu verba yang bisa atau harus mendampingi obyek.berdasarkan banyaknya obyek,maka terdapat :

a. verba monotarnsitif

verba monotransitif yaitu verba yang mempunyai satu obyek.

Contoh :

b. verba bitransitif

verba bitransitif yaitu verba yang mempunyai dua obyek.

Contoh :

c. verba ditransitif

verba dittransitif adalah verba transitif yang verbanya tidak muncul.

Contoh : adik sedang makan.

Dilihat dari hubungan verba dengan nomina, dapat dibedakan menjadi :

1. verba aktif

verba aktif yaitu verba yang subyeknya berperan sebagai pelaku. Verba demikian biasanya berprefiks me-, ber-, atau tanpa prefiks.

Contoh : Dia mencintai saya

Saya makan nasi

Apabila ditandai oleh sufiks –kan, maka verba itu benefaktif atau kausatif.

Contoh :

Ia membuatkan saya baju

Ibu memasakan kami makanan.

Apabila ditandai oleh sufiks –i, maka verba bermakna lokotif atau repetitif.

Contohnya :

Pak tani menanami sawah

Adik menyirami bunga

Orang itu memukuli anjingnya

Paman menguliti kambing.

2. verba pasif

verba pasif yaitu verba yang subyeknya berperan sebagai penderita, sasaran, atau hasil. Biasanya diawali dengan prefiks ter-, atau di-.

Contoh :

Adik dipukul ayah.

Buku itu terinjak oleh ku.

Pada umumnya verba pasif dapat diubah menjadi verba aktif, yaitu dengan mengganti afiksnya.

Contoh :

Adik disayang ayah. Ayah menyayangi adik

Meja itu terangkat oleh adik. Adik dapat mengangkat meja itu

3. verba anti-aktif (argatif)

Verba anti-aktif yaitu verba pasif yang tidak dapat diubah menjadi verba aktif, dan subyeknya merupakan penderita.

Contoh :

Ibu kecapaian di bus

Kakinya terntuk batu

4. verba anti-pasif

Verba anti-pasif yaitu verba aktif yang tidak dapat diubah menjadi verba pasif.

Contoh :

Ia haus akan kasih sayang

Pak tani bertanam singkong.

Dilihat dari interaksi antara nomina dan pendampingnya, dapat dibedakan:

a. verba resiprokal

Verba resiprokal yaitu verba yang menyatakan perbuatan yang dilakukan oleh dua pihak, dan perbuatan tersebut dilaukan dengan saling berbalasan. Kedua belah pihak terlibat perbuatan.

Contoh : berkelahi, berperang, bersentuhan, berpegangan, bermaaf-maafan, bersalam-salaman.

b. verba non resirokal

verba nonresiprokal adalah verba yang tidak menyatakan perbuatan yang dilakukan oleh dua pihak dan tidak saling berbalasan.

Dilihat dari sudut referensi argumennya :

a. verba refleksif

verba refleksif yaitu verba yang kedua argumennya mempunyai referen yang sama . verba ini mempunyai dua bentuk, yaitu :

  • verba yang berfresiks ber-, dan nominanya berpadu dengan prefiks itu.

Contoh : bercermin, berdandan, berjemur.

  • Verba yang berprefiks me-, bersufiks –kan, dan berobyek diri.

Contoh : melarikan diri, membaringkan diri.

b. verba non-refleksif

verba non refleksif yaitu verba yang kedua argumennya mempunyai referen yang berbeda atau berlainan.

Dilihat dari sudut hubungan identifikasi antara argumen-argumennya, dapat dibedakan :

  1. Verba Kopulatif

Yaitu Verba yang mempunyai potensi untukditanggalkan tanpa mengubah konstruksi preduktirf yang bersangkutan.

Contoh: adalah, merupakan.

  1. Verba Ekuatif

Adalah Verba yang mengungkapkan ciri salah satu argumennya.

Contoh: menjadi, terdiri dari, berdasarkan, bertambah, berasaskan.

Verba Telis dan Verba atelis

Verba Telis biasanya berprefik me-, dan Verba Atelis berfrefik ber.Verba Telis menyatakan bahwa perbuatan tuntas, sedangkan Verba Atelis menyatakan bahwa perbuatan belum tuntas atau belum selesai.

Contoh:

- Pak tani menanam padi

- Pak tani bertanam padi

- Ia menukar pakaian itu

- Ia bertukar pakaian

Verba performatif adan Verba Konstatatif

1. Verba performatif

Yaitu Verba dalam kalimat yang secara langsung mengungkapkan pertuturan yang dibuat pembicara pada waktu mengajarkan kalimat.

Contoh: berjanji, menanamkan, menyebutkan, mengucapkan.

2. Verba Konstatatif

Yaitu Verba dalam kalimat yang menyatakan atau mengandung gambaran tentang suatau peristiwa.

Contoh: menembaki, menulis.

II.2. ADJEKTIVA

Adjektiva adalah kategori yang ditandai oleh kemungkinannya untuk bergabung:

1. Bergabung dengan partikel tidak,

2. mendampingi nomina

3. di dampingi partikel seperti lebih, sangat, agak.

4. mempunyai ciri-ciri morfologis seperti –er, –if, -i.

5. dibentuk menjadi nomina dengan konfiks ke-an.

1. Adjektiva dasar

a. Yang dapat diisi dengan kata sangat, lebih :

Adil Bagus Deras dsb.

Agung Bahagia Disiplin

Aman Bebas Fatal

Anggun Berani fanatik

b. Yang tidak bisa diisi dengan kata sangat, lebih :

Buntut Genap Langsung Pelak

Cacat Interlokal Laun Tentu

Gaib Kejur Musnah Tunggal

Ganda lancung Niskala

2. Adjektiva turunan

a. Adjektiva turunan berafiks, misalnya terhorma.

b. Adjektiva turunan bereduplikasi, misalnya

- Elok-elok - Muda-muda

- Gagah-gagah - Ringan-ringan

c. Adjektiva berafiks ke-an, misalnya :

- kesakitan - Kesepian

d. Adjektiva berafiks –i, misalnya :

- Abdi - hewani

- Alami - Duniawi

e. Adjektiva yang berasal dari berbagai kelas dengan proses-proses berikut :

1. Deverbalisasi, misalnya :

- Melengking - menyenangkan

- Menggembirakan - terpandang

2. denominalisasi, misalnya :

- ahli - berguna - luas

- berakar - bermanfaat - malam

- berbisa - dermawan - membudaya

3. de-adverbalisasi, misalnya :

- berkurang - menyengat

- bertambah

4. denumeralia, misalnya :

- manunggal - menyeluruh

- mendua

5. de-interjeksi, misalnya :

- aduhai - sip - wah

- asoi - yahud

3. Adjektiva Majemuk

a. subordinatif :

- buta warna - panjang akal

- besar mulut - terang hati

b. koordinatif :

- aman sentosa - lemah lembut

- besar kecil - suka duka

Ada dua macam katagori adjektiva :

a. - adjektiva predikatif , adalah adjektiva yang dapat menempati posisi predikat dalam klausa .

contoh : hangat, sulit, mahal.

- adjektiva atributif, yaitu adjektiva yang mendampingi nomina dalam prase nominal.

Contoh : nasional, niskala

b. - adjektiva bertaraf, yaitu adjektiva yang dapat berdampingan dengan agak, sangat, seperti : pekat, makmur.

- adjektiva tak bertaraf, adalah adjektiva yang tidak dapat berdampingan dengan agak, sangat, seperti : intern

Pemakaiaan Adjektiva

a. Tingkat positif, yaitu suatu tingkat yang menerangkan bahwa nomina dalam keadaan biasa.

Contoh : - Rumah Husein besar

- Rumah Husein sama besar dengan rumah Ramli

b. Tingkat komparatif, yang menerangkan bahwa keadaan nomina melebihi keadaan nomina lain.

Contoh :Rumah Husein lebih besar dari pada rumah Ramli.

c. Tingkat superlatif, suatu tingkat yang menerangkan bahwa keadaan nomina melebihi keadaan beberapa atau semua nomina lain yang dibandingkannya.

Contoh : - Anton murid yang paling pandai di kelas itu.

- Anton murid terpandai di kelas itu.

d. Tingkat eksesif, yaitu suatu tingkat yang menerangkan bahwa keadaan nomina berlebih-lebihan.

Contoh : - Pertunjukan malam itu sangat ramai sekali.

- Karena dimanja, anak itu terlalu amat nakalnya.

- Angin topan yang bukan main kuatnya

II.3. NOMINA

Nomina adalah kategori yang secara sintaksis tidak mempunyai potensi untuk bergabung dengan partikel tidak, mempunyai potensi untuk didahului oleh partikel dari. Ada beberapa jenis nomina yaitu :

1. nomina dasar

contoh : * batu * radio * kemarin

* kertas *udara

2. nomina turunan

· nomina berafiks : keuangan, perpaduan

· nomina reduplikasi :tetamu, rumah-rumah

· nomina hasil gabungan proses : batu-batuan, kesinambungan.

· Nomina yang berasal dari berbagai kelas karena proses :

- deverbaliasi : pemandian, kebersamaan

- deakjitivalisasi : ketinggian, leluhur

- deaverbalisasi : kelebihan, keterlaluan.

- Penggabungan : jathnya, tridarma.

3. nomina paduan leksem

contoh : - daya juang - jejak langkah

- loncat indah

4. nomina paduan leksem gabungan :

contoh : - pengambilalihan

- pendayagunaan

Sub Kategorisasi

1) Nomina bernyawa dan tak bernyawa

a. Nomina bernyawa dapat dibagi atas:

(1) Nomina persona (insan):

Ø Nama diri: Martha, Sis, Ayu. Nama diri sebagai nama tidak dapat direduplikasikan.

Ø Nomina kekerabatan: nenek, kakak, ibu, bapak

Ø Nomina yang menyatakan orang atau yang diperlakukan seperti orang; tuan, nyonya

Ø Nama kelompok manusia: Jepang, Melayu

Ø Nomina tak bernyawa yang dipersonkasikan: DPR (lembaga)

(2) Flora dan Fauna mempunyai ciri sintaksis:

Ø Tidak dapat disubstansikan dengan ia, dia, atau mereka

Ø Tidak dapat didahului partikel si, kecuali flora dan fauna yang dipersonifikasikan: Si Kancil, Si Kambing

b. Nomina tak bernyawa dapat dibagi atas:

(1) Nama lembaga; DPR, MPR

(2) Konsep geografis: Bali, Jawa, Senangka

(3) Waktu: Senin, Januari, besok

(4) Nama bahasa: bahasa Sunda, bahasa Indonesia

(5) Ukuran dan takaran: gram, kilometer, karung

(6) Tiruan bunyi: kokok

2) Nomina terbilang dan tak terbilang

Nomina terbilang ialah nomina yang dapat dihitung seperti, buku, orang, titik. Nomina tak terbilang ialah nomina yang tidak dapat didampingi oleh numeralia, seperti udara, kesucian, termasuk pula nama diri dan nama geografis.

3) Nomina kolektif dan bukan kolektif

Nomina kolektif mempunyai ciri dapat disubstitusikan dengan mereka atau dapat diperinci atas bagian-bagian nomina kolektif terdiri atas nomina dasar seperti tentara, keluarga. Nomina turunan seperti wangi-wangian. Nomina yang tidak dapat diperinci atas bagian-bagiannya termasuk nomina bukan kolektif seperti: asinan, cairan, hadirin, kompi, pawai, rempah.

Pemakaian Nomina

  1. Penggolongan benda yang dipakai bersama dengan numeralia untuk menandai kekhususan nomina tertentu. Contoh penggolongan benda: bahu, batang, ekor, kecap, pucuk, tangkai.
  2. Nomina tempat dan arah: kana, kiri, depan, belakang
  3. Tiruan bunyi: aum, deru, deram, dan sebagainya
  4. Makian: bangsat, jahanam, dan sebagainya
  5. Sapaan. Ada beberapa jenis nomina yang dipakai untuk menyapa:

a. Nama diri: “Mari ke sini, Ali”,

b. Nomina kekerabatan: “Pak, apa artinya ini?”

c. Gelar dan pangkat: “Selamat pagi, Dok”

d. Kata pelaku yang berbentuk pe- + verba : pendengar

e. Bentuk nomina + -ku: “Oh, Tuhan-ku, lindungilah kami”

f. Nomina lain: “Ini topi Tuan”

  1. Kuantifa: bahu, botol, ikat, gelas, papan, teras
  2. Ukuran: gram, kilo, sentimeter
  3. Penunjuk waktu: pagi, Minggu, jaman
  4. Hipostasis, yaitu kata berkelas apa saja yang “diangkat” dari wacana dan dibicarakan dalam metabahasa seperti: kata berat dalam kalimat “Berat terdiri dari lima fonem dan maknanya berlawanan dengan ringan”

Nominalisasi

Proses nominalisasi adalah proses pembentukan nomina yang baerasal dari morfem atau kelas kata yang lain. Proses ini dapat terjadi dengan :

  1. Afiksasi : pembicara, kekasih, anjuran, lautan, kemenagan, keberanian, permintaaan
  2. Penambahan partikel Si dan Sang didepannya: Si Kancil, si Manis
  3. Proses nominalisasi dengan yang : yang lain, yang manis, yang manja

II.4. PRONOMINA

Pronomina adalah kategori yang berfungsi untuk menggantikan nomina. Apa yang digantikannya itu disebut antiseden.

Pemakaian Pronomina

  1. Dalam ragam non standar, jumlah pronomina lebih banyak daripada yang terdaftar tersebut, karena pemakaian non standar tergantung dari daerah pemakaiannya.
  2. Dalam bahasa kuno juga terdapat pronomina seperti patik dan baginda
  3. Semua pronomina hanya dapat mengganti nomina orang, nama orang, atau hal-hal lain yang dipersonifikasikan: “Kita sudah kehabisan beras, biarlah saya yang membelinya

II.5. NUMERALIA

Numeralia adalah kategori yang dapat mendampingi nomina dalam konstruksi sintaksis, mempunyai potensi untuk mendamingi numerelia lain, dan tidak dapat bergabung dengan tidak atau dengan sangat.

Subkategorisasi

A. Numerelia takrif, yaitu numerelia yang menyatakan jumlah yang tenru. Golongan ini terdiri atas :

1. Numerelia utama (koordinat)

a. bilsngsn pnuh, adalah numerelia utama yang menyatakan jumlah tertentu. Contoh : satu, dua, puluh,ribu. Numerelia utama dapat dihubungkan langsung dengan satuan waktu, harga uang, ukuran panjang, berat, isi,dsb.

b. bilangan pecahan, yitu numerelia yang terdiri dari pembilang dan penyebut, yang diduduki partiker per :

= dua pertiga

= lima perenam

c. bilangan gugus, contoh : likur. Bilangan antara 20 dan 30, misallnya : selikur=21, dualikur 22, lusin=12, gross=144

2. Numerelia tingkat

Adalah numeriliatakrif yang melambangka urutan dalam jumlah dan berstruktur ke + Numerelia. Ke- merupakan prefiks dan Num menyatakan numerelia bilangan. Contoh : - catatan kedua sudah diperbaiki

- Ia orang kedua di departemennya.

3. Numerelia kolektif

Adalah numerelia takrif yang berstruktur : Ke + Num, ber- + N , ber- +mr, ber - + Num R atau Num + - ar. Numerelia kolektif yang berstruktur Ke + Num tempatnya dalam frase selalu mendahului nomina.

Contoh : dipandangnya kedua gadis itu dengan penuh keheranan.

B. Numerelia tak takrif

Numerelia tak takrif adalaah numerelia yang menyatakan jumlah yang tak tentu. Misalnya : suatu, beberapa, berbagai, pelbagai, tiap-tiap, sebagaian. Numerelia tidak pernah dibentuk dari kategori lain, tetapi dapat berpindah kelas menjadi verba seperti dalam mendua, persatuan, atau menjadi nomia seperti kesatuan,persatuan,perduaan,pertigaan, perempatan.

II.6. ADVERBIA

Adverbia adalah kategori yang dapat mendampingi adjektiva, numerelia, atau proposisi dalam konstruksi sintaksis. Dalam kalimat, Ia sudah pergi, kata sudah merupakan adverbia, bukan karena mendampingi verba pergi, tetapi karena mempunyai potensi untuk mendampingi ajektiva. Jadi sekalian banyak adverbia dapat mendampingi verba dalam konstruksi sintaksis namun adanya verba itu bukan menjadi ciri adverbia. Adverbia tidak boleh dikacaukan dengan keterangan karena adverbia merupakan konsep kategori, sedangkan keterangan merupakan konsep fungsi.

Ada dua jenis adverbia, yaitu :

1. adverbia intra klausal yang berkonstruksi dengan verba, ajektiva, numerelia, atau adverbia lain.

Contoh :

- Alangkah - Gus - pula

- Agak - Hmpir - rada-rada

- Agak-agak - Hanya - saja

- Amat sangat - Harus - saling

2. adverbia ekstraklausal, yang secara sintaksis mempunyai kemungkinan untuk berpindah-pindah posisi dan secara sintaksis mengungkapkan prihal atau tingkat proposisi secara keseluruhan.

Contoh : barangkali, bukan, justru, memang, mungkin.

Adverbia dapat ditemui dalam bentuk dasar dan dalam bentuk turunan.

1. Adverbia dalam bentuk dasar bebas.

Contoh :


Alangkah

Agak

Bisa

Hampir

Masih

Memang

Paling

Nian

Niscaya

Sangat

dll


2. Adverbia turunan, terbagi atas :

a. adverbia turunan yang tidak berpindah kelas terdiri dari :

i. adverbia bereduplikasi

contoh : agak-agak, bisa-bisa, jangan-jangan, rada-rada.

ii. adverbia gabungan

contoh : belum boleh, tidak boleh, tidak mungkin lagi, belum tentu.

b. Adverbia turunan yang berasal dari berbagai kelas , terdiri dari :

i. Adverbia berafiks, yaitu dengan prefiks ter-

contoh : terlalu, dan terlampau.

ii. Adverbia dari kategori lain karena reduplikasi.

a. denominal : akhir-akhir, malam-malam, malu-malu, pagi-pagi.

b. Depronominal : sendiri-sendiri.

c. Adverbia de-ajektiva : awas-awas, baik-baik, benar-benar.

d. Adverbia denumerelia : sedikit-sedikit, dua-dua.

e. Adverbia deverbal : kira-kira, tahu-tahu.

3. Adverbia yang terjadi dari gabungan kategori lain dan pronomina

A + -nya :agaknya, harusnya

N + -nya : rasanya, rupanya

V + -nya : hendaknya, kiranya

A +-nya : biasanya, layaknya

Num + -nya : seluruhnya, biasanya

4. Adverbia deverbal gabungan

Misalnya : mau tak mau, masih belum juga, tidak trkatakan lagi

5. Adverbia de-akjetiva gabungan :

Misalnya : tidak jarang, tidak lebih, terlebih lagi, kerap kali, acap kali

6. Gabungan proses :

Se- + A + -nya : sebaiknya, sebenarnya, sesungguhnya.

Se- + V + -nya : senarusnya, sedapatnya.

Pemakaian Adverbia

Adverbia dalam bahasa Indonesia digunakan untuk meneangkan aspek, modalitas, kuantitas, dan kualitas dari berbagai verba, ajektiva, numerelia, dan adverba lainnya. Aspek menerangkan apakah suatu pekerjaan, peristiwa, atau sifat sedang berlangsung (duratif), sudah selesai berlangsung (perfektif), belum selesai (imperfek), atau mulai berlangsung. Modalitas menerangkan sikap atau suasana pembicara yang menyangkut perbuatan, peristiwa, keadaan. Kualitas menjelaskan sifat atau nilai suatu perbuatan, peristiwa, keadaan, atau sifat.

A. Adverbia sebagai penanda aspek :

Contoh :

Biarkan saja ! Dia lagi jahil.

Pada kalimat tersebut : penanda aspek : lagi

Jenis aspek : duratif

Gunung itu sudah gundul.

Penanda aspek : sudah

Jenis aspek : perfektif

B. Adverbia sebagai penanda modalitas

Contoh :

Mereka belum haus

Penanda modalitas : belum

Saya harus lantang bersuara

Penanda modalitas : harus

C. Adverbia sebagai penanda kuantitas

Contoh :

Ahmad mengerjakan pekerjaannya sekaligus kemarin.

Penanda kuantitas : gus

Mereka saling mencintai

Penanda kuantitas : saling

D. Adverbia sebagai penanda kualitas

Contoh :

Alangkah cantik wajah gadis itu

Penanda kualitas : alangkah

Hati-hati, dia rada gila

Penanda kualitas : rada

II.7. KATA TUGAS

7.1 Batasan dan Ciri Kata tugas

Kata tugas hanya mempunyai arti gramatikal dan tidak memiliki arti leksikal. Arti suatu kata tugas ditentukan bukan oleh kata itu secara lepas, melainkan oleh kaitannya dengan kata lain dalam frase atau kalimat.

Ciri dari kata tugas adalah bahwa hampir semuanya tidak dapat menjadi dasr untuk membentuk kata lain. Jika verba “datang” kita dapat menurunkan kata lain seperti mendatangi, mendatangkan, dan kedatangan. Bentuk-bentuk seperti menyebabkan” dan “menyampaikan” tidak diturunkan dari kata tugas “sebab” dan “sampai” tetapi dari nomina “sebab” dan verba “sampai” yang bentuknya sama tetapi kategori berbeda. Dan kelas kata tugas merupakan merupakan kelas kata tertutup.

7.2 Klasifikasi Kata Tugas

7.2.1. Preposisi

Ditinjau dari perilaku semantisnya, preposisi juga disebut kata depan menandai berbagai hubungan makna antara konstituen di depan preposisi tersebut dengan konstituen di belakangnya. Ditinjau dari prilaku sintaksisnya, preposisi berada didepan nomina, adjektiva, atau adverbia sehingga terbentuk frase preposisional. Ditinjau dari segi bentuknya, yaitu preposisi tunggal dan mejemuk.

a. Preposisi tunggal

Preposisi tunggal adalah preposisi yang terdiri hanyaa satu kata.

- preposisi yang berupa kata dasar, preposisi ini hanya terdiri atras satu morfem. Contoh : akan Takut akan kegelapan

di Duduk di kursi

- preposisi yang berupa kata berafiks, preposisi ini dibentuk dengan menambahkan afiks pada bentuk dasar yang termasuk kelas ata verbal, adjektiva, atau nomina. Afiksasi dalam pembentukan itu dapat berbentuk penambahan prefiks, sufiks, atau gabungan kedua-duanya (konfiks). Contoh :

· preposisi yang berupa kata berprefiks :

bersama pergi bersama kakak.

Menurut menurut rencana

· preposisi yang berupa kata bersufiks :

bagaikan Cantik bagaikan bidadari

· preposisi yang berupa kata berkonfiks, contoh :

melalaui dikirim melalui pos.

Mengenai berceramah mengenai kenakalan remaja

b. preposisi gabungan

Ø preposisi yang berdampingan, preposisi ini terdiri atas dua preposisi yang letaknya berurutan. Contoh :

dari pada Menara itu lebih tinggi daripada pohon itu.

Ø Preposisi yang berkolerasi, preposisi ini terdiri atas dua unsur yang dipakai berpasangan tetpi terpisah oleh kata atau prase lain. Contoh : antara....dengan antara dia dengan adiknya ada perbedaan yang mencolok.

dari....sampai dengan seminar itu diadakan dari hari senin sampai dengan hari kamis minggu depan

Ø Preposisi dan nomina lokatif, suatu preposisi juga dapat bergabung dengan dua nomina asalkan nomina yang pertama mempunyai arti lokatif.

c. peran semantis preposisi

§ penanda hubungan tempat.

Contoh : di, ke, dari, hingga, sampai.

§ penanda hubungan peruntukan

Contoh : bagi, untuk, guna, buat.

§ penanda hubungan kesetaraan atau cara.

Contoh : dengan, sambil, beserta, bersama

§ penanda hubungan sebab

Contoh : karena, sebab, lantaran

§ penanda hubungan pelaku

Contoh : oleh.

§ penanda hubungan ihwal peristiwa

Contoh : tentang, mengenai.

§ penanda hubungan milik

Contoh : dari

7.2.2 Konjungtor

Dinamakan juga kata sambung, adalah kata tugas yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat : kata dengan kata, prase dengan prase, atau klausa dengan klausa. Konjungtor dibagi menjadi empat kelompok yaitu :

1. Konjungtor Koordinatf

Konjungtor yang menghubungkan dua unsur atau lebih yang sama pentingnya, atau memiliki status yang sama. Contoh :

- dan : yaitu penanda hubungan penambahan

- serta : penanda hubungan pendamingan

- atau : penanda hubungan pemilihan

- tetapi : penanda hubungan perlawanan

- melainka : penanda hubungan perlawanan

- padahal : penanda hubungan pertentangan

- sedangkan : penanda hubungan pertentangan

Konjungtor koordinatif disamping menghubungkan klausa, juga dapat menghubungkan kata. Meskipun demikian frasa yang dihasilkan bukan frase preposional.

Contoh :

- Dia menangis dan istrinya pun tersedu-sedu.

- Saya atau kamu yang menjemput Ibu.

- Dia pura-pura tidak tahu, padahal tahu banyak.

- Anak itu pandai tetapi polos.

2. Konjungtor Korelatif

Konjungtor korelatif adalah konjungtor yang menghubungkan dua kata, frase, atau klausa yang memiliki status sintaksis sama. Konjungtor korelatif terdiri atas dua bagian yang dipisahkan oleh satu kata , frase, atau klausa yang dihubungkan. Contoh :

- Baik pak Anwar maupun istrinya tidak suka merokok.

- Kita tidak hanya harus setuju, tetapi juga harus patuh.

- Jangankan orang lain, orang tuanya sendiri pun tidak dihormati.

3. Konjungtor Subordinatif

Konjungtor subordinatif adalah konjungtor yang menghubungkan dua klausa atau lebih, dan klausa itu merupakan anak kalimat. Dilihat dari perilaku sintaksis semantisnya, konjungtor ini dibagi menjadi tiga belas kelompok, yaitu :

a. Konjungtor subordinatif waktu, misalnya : sejak, semenjak, sedari, sewaktu, ketika, tatkala, selama, demi, serta, hingga, sampai, setelah, sesudah, sebelum, selesai, seusai, sehabis.

b. Konjungtor subordinatif Syarat, misalnya : jika, kalau, jikalau, bila, manakala.

c. Konjungtor subordinatif pengandaiaan, contohnya : andaikan, umpamanya.

d. Konjungtor subordinatif konsesif, misalnya : biarpun, sekalipun.

e. Konjungtor subordinatif pembandingan, contohnya : seakan-akan, seperti, sebagai.

f. Konjungtor subordinatif sebab, misalnya : sebab, karena, oleh sebab.

g. Konjungtor subordinatif hasil, misalnya : sehingga, sampai.

h. Konjungtor subordinatif alat, misalnya : dengan, tanpa.

i. Konjungtor subordinatif cara, misalnya : dengan, tanpa.

j. Konjungtor subordinatif komplementasi, misalnya : bahwa.

k. Konjungtor subordinatifatribut, misalnya : yang.

l. Konjungtor subordinatif perbandingan, misalnya : sama...dengan, lebih....dari

4. Konjungtor antar kalimat

Konjungtor antar kalimat menghubungkan satu kalimat dengan kalimat lain. Karena itu, konjungtor macam ini selalu memulai kalimat yang baru dan tentu saja huruf pertamanya ditulis dengan huruf kapital. Contoh :

a. Kami tidak sependapat dengan dia. Kami tidak akan menghalanginya. (Kami tidak sependapat dengan dia. Biarpun begitu,kami tidak akan menghalanginya)

b. Keadaan memang sudah mulai aman. Kita harus tetap waspada. (Keadaan memang sudah mulai aman. Akan tetapi, kita harus tetap waspada)

Dari berbagai diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Konjungtor koordinatif menggabungkan kata atau klausa yang setara. Kalimat yang dibentuk dengan cara ini dinamakan kalimat majemuk setara.

2. Konjungtor korelatif membentuk frase atau kalimat. Unsur frase yang dibentuk dengan konjungtor ini memiliki status sintaksis yang sama. Apabila konjungtor itu membentuk kalimat, maka kalimatnya agak rumit dan bervariasi wujudnya. Ada kalanya terbentuk kalimat majemuk setara, adapula yang bertingkat. Bahkan dapat terbentuk pola kalimat yang mempunyai dua subjek dengan satu predikat.

3. Konjungtor subordinatif membentuk anak kalimat. Penggabungan anak kalimat itu dengan induk kalimatnya menghasilkan kalimat majemuk bertingkat.

4. Konjungtor antar kalimat merangkaikan dua kalimat, tetapi masing-masing merupakan kalimat sendiri-sendiri.

7.2.3 INTERJEKSI

Interjeksi atau kata seru adalah kata tugas yang mengungkapkan rasa hati pembicara. Secara stuktural, interjeksi tidak bertalian dengan unsur kalimat yang lain. Menurut bentuknya, interjeksi ada yang berupa bentuk dasar dan ada yang berupa bentuk turunan. Berikut janis interjeksi dapat dikelompokan menurut perasaan yang diungkapkannya, sebagai berikut :

1. Interjeksi kejijikan : bah, cih, cis, ih, idih.

2. Interjeksi kekesalan : brengsek, sialan, buset, keparat.

3. Interjeksi kekaguman atau kepuasan : aduhai, amboi, asyik.

4. Interjeksi kesyukuran : syukur, alhamdulillah

5. Interjeksi harapan : insya allah.

6. Interjeksi keheranan : aduh, aih, ai, lo, duilah, eh, oh, ah.

7. Interjeksi kekagetan : astaga, astagfirullah, masyaallah.

8. Interjeksi ajakan : ayo, mari.

9. Interjeksi panggilan : hai, be, eh, halo.

10. Interjeksi simpulan : nah.

Contoh :

- Bah, pergi kau dari rumah ini !

- Ayo kita pergi sekarang !

- Halo, apa kabar ?

7.2.4 ARTIKULA

Artikula adalah kata tugas yang membatasi makna nomina. Dalam Bahasa Indonesia ada kelompok artikula, yaitu : artikula yang bersifat gelar, yang mengacu makna kelompok, dan yang menominalkan.

1. Artikula yang bersifat gelar

Artikukla yang bersifat gelar pada umumnya bertalian dengan orang yang dianggap bermartabat. Berikut ini jenis-jenis artikula yang bersifat gelar :

a. sang : untuk menyatakan manusia atau benda unik dengan maksud meninggikan martabat;kadang-kadang juga dipakai dalam gurauan atau sindiran.

b. sri : untuk manusia yang memiliki martabat tinggi dalam keagamaan atau kerajaan.

c. hang : untuk laki-laki yang dihormati dan pemakaiaannya terbatas pada nama tokoh dalam cerita sastra lama.

d. dang :untuk wanita yang dihormati dan pemakaiaannya terbatas pada nama tokoh pada cerita sastra lama.

2. Artikula yang mengacu ke makna kelompok.

Atikula yang mengacu ke makna kelompok atau makna korelatif adalah para. Karena artikula ini mengisyaratkan ketaktunggalan, maka nomina yang diiringinya tidak dinyatakan dalam bentuk kata ulang. Jadi, untuk menyatakan kelompok guru sebagai kesatuan bentuk yang dipakai adalah “para guru” dan bukan “para guru-guru”.

3. Artikula yang menominalkan.

Artikula “si” yang menominalkan dapat mengacu ke makna tunggal atau genetik, bergantung pada konteks kalimat. Contoh :

- Si Amat akan meminag Si Halimah minggu depan.

- Aduh, cantiknya si hitam manis itu.

Berikut dalah ikhtisar pemakaian artikula “si”

a. didepan nama diri pada ragam akrab atau kurang hormat : si ali, si toni, si nana.

b. Didepan kata untuk mengkhususkan orang yang melakukan sesuatu : si pengirim, si penerima.

c. Di depan nominal untuk dipakai sebagai timangan, panggilan, atau ejekan. Yang disebut itu mempunyai sifat atua mirip sesuatu: si belang, si bungsu, si kumnis.

d. Dalm bentuk verbal yang menandakan dirinya menjadi bersifat tertentu: bersitegang, berikukuh, bersimaharajalela, bersikeras.

e. Pada berbagai nama tumbuhan dan binatang : siangit, sibusuk, sidingin, simalakama.

7.2.5 PARTIKEL PENEGAS

Kategori partikel penegas meliputi kata yang tidak tertakluk pada perubahan bentuk dan hanya berfungsi menampilkan unsur yang diiringinya. Ada empat macam partikel penegas yaitu: -lah, -kah, -tah, dan pun. Tiga yang pertama berupa klitika sedangkan yang keempat tidak.

A. Partikel – kah

Partikel – kah yang berbentuk klitika dan bersifat menegaskan kalimat interogatif. Berikut adalah kaidah pemakaiannya :

1. Jika dipakai dalam kalimat deklaratif, -kah mengubah kalimat tersebut menjadi kalimat interogatif. Contoh :

- Diakah yang akan datang ?

(bandingkan: Dia yanag akan datang).

2. Jika dalam kalimat interogatif sudah ada kata tanya seperti: apa, dimana, dan bagaimana, maka –kah bersifat mansuka. Pemakaian –kah menjadikan kalimatnya lebih formal dan sedikit lebih halus. Contoh:

- Apakah ayahmu sudah datang?

3. Jika dalam kalimat tidak ada kata tanya tetapi intonasinya adalah intonasi interogatif, maka –kah akan memperjelas kaliamat itu sebagai kalimat interogatif. Kadang-kadang urtan katanya dibalik. Contoh:

- Akan datangkah dia nanti malam?

B. Partikel –lah

Partikel –lah juga berbentuk klitika, dipakai dalam kalimat imperatif atau kalimat deklaratif. Berikut adalah kaidah pemakaiannya.

  1. Dalam kalimat imperatif, -lah dipakai untuk sedikit menghaluskan nada perintanya. Contoh :
    1. Pergilah sekarang, sebelum hujan turun !
    2. Bawalah mobil ini ke bengkel besok pagi !
  2. Dalam kalimat deklaratif, -lah dipakai untuk memberikan ketegasan yang sedikit keras. Contoh :

a. Dari ceritamu, jelaslah kamu yang salah.

b. Ambil berapa sajalah yang kamu perlukan.

C. Partikel –tah

Partikel –tah, yang juga berbentuk kritika, dipakai dalam kalimat interogatif, tetapi si penanya sebenarnya tidak mengharapkan jawaban. Ia seolah-olah hanya bertanya pada diri sendiri karena keheranan atau kesangsiannya. Contoh :

- Apakah artinya hidup ini tampa engkau?

D. Partikel pun

Partikel pun hanya dalam kalimat deklarataif dan dalam bentuk tulisan

dipisahkan dari kata dimukanya.

Kaidah pemakaiannya adalah sebagai berikut. Contoh :

1. Pun dipakai untuk mengeraskat arti kata yang diiringinya. Contoh :

Yang tidak perlupun dibelinya juga.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah disajikan dalam pembahasan yang telah disajikan tadi penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan, antara lain:

1. Jenis kata menurut tata bahasa baku ada 7 jenis yaitu: verba, adjektiva, adverbia, nomina, pronomina, dan kata tugas.

2. Verba dari segi bentuk terbagi atas verba asal dan verba terunan, sedangkan verbal dari segi prilaku sintaksisnya terbagi atas verba transitif, verba tak transitif, dan verba berpreposisi.

3. Adjektiva adri segi bentuknya terbagi atas adjektiva dasar dan adjektiva turunan, sedangkan adjektiva dari segi prilaku sintaksisnay terdiri atas ajektiva atributip, predikatip, adn adverbia atau keterangan.

4. Adverbia dari segi bentuknya terbagi atas adverbia tunggal dan adverbia gabungan.

5. Nomina adri segi bentuknya dapat dibedakan menjadi nomina dasar, turunan, afiks, dan morfofonemiks afiks nomina.

6. Pronomina penunjuk terdiri atas pronomina penunjuk umum, penunjuk tempat, dan penanya.

7. Numeralia dibagi atas nomeralia pokok, tingkat, dan pecahan.

8. Kata tugas diklasifikasikan menjadi preposisi, konjungtor, interjeksi, artikula dan partikel penegas

3.2 SARAN-SARAN

Sebagai manusia biasa penulis merasa banyak memilki kesalahan dalam penyusunan makalah ini. Untuk melengkapi kekurangan dalam makalah ini penulis menyarankan kepada pembaca untuk membaca beberapa artikel mengenai tata bahasa baku sebagai referensi tambahan. Selain itu diperlukan suatu bentuk pemahaman mengenai jenis kata menurut tata bahasa baku. Kita sebagai mahasiswa harus mampu memberikan contoh yang baik dalam panggunaan jenis kata menurut tata bahasa baku.

DAFTAR PUSTAKA

Alwi,hassan dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia III. Jakarta : Balai Pustaka.

Gorys Keraf,Dr. 1982. Tata Bahasa Indonesia. Ende-Flores : Nusa Indah.